Menceritakan semua tentang cita, cinta dan petualangan hidup.

Jumat, 11 Juli 2014

Sebuah Perjalanan: Merbabu Adventure

Sebuah Perjalanan :)

Rabu, 02 Juli 2014

Memaknai Setiap Langkah Merbabu

Point View Back of Merbabu
Sabtu 21 Juni 2014 ini begitu cerah, saya awali hari dengan jogging bersama mas Agung dan mas Budi. Biasanya saya hanya sanggup setengah putaran, kali ini bersama mereka dua putaran plus jalan santai satu putaran di Embung Tambak Boyo (Condong Catur, Sleman) saya libas. Tempat ini sangat cocok untuk jogging karena selain track yang panjang, tempat ini juga menyediakan pemandangan yang begitu indahnya. Setelah jogging berlangsung, kami memanjat dinding di sekitar pinggiran Embung yang membatasi wilayah warga dengan wilayah wisata embung ini sendiri. Dari atas, kami dimanjakan lagi dengan pemandangan yang begitu memanjakan mata. Setelah itu, kami menutup acara pagi ini dengan sarapan di Warung Soto di daerah Klebengan. Hemm, hari yang begitu menyegarkan.

Setelah jogging, saya langsung kembali melanjutkan aktivitas seperti biasanya. Ya, berangkat ke Kopma UNY tercinta dan melakukan beberapa aktivitas seperti biasanya. Lalu, apa yang berbeda dihari ini? Ya, banyak yang berbeda, terutama setelah dari Kopma, saya mulai ‘packing’ menyiapkan seluruh pembekalan untuk perjalanan hari ini. Setelah dari Kopma saya mampir mini market untuk berbelanja kebutuhan perjalanan. Dengan bermodalkan tas carrier pinjaman beserta matras dan sleeping bag pinjaman juga saya mulai packing. And finally, packing done pukul 16.00 WIB dan saya menanti adek angkatan Ikatan Siswa Pecinta Alam (Iksapala), Lely, agar kami bisa berangkat bersama. Belum ada kabar dari anak itu. Kemudian saya memutuskan untuk menunggunya di Toko Planet Adventure supaya ada teman tunggu, hehe

Tak kunjung muncul, ternyata tiba kabar bahwa dia akan tiba setelah Isya. Kemudian, setelah saya menjemputnya di Pasar Gamping, kami menuju jalan kaliurang menjemput dua laki-laki yang keduanya juga merupakan adek angkatan saya. Baru sadar, mereka semua merupakan angkatan T dan saya sendiri adalah angkatan S. Dalam Iksapala, nama angkatan berurutan berdasar Abjad. Setelah menjemput mereka dan shalat di kontrakan mereka, kami pun bergerak walau hujan membersamai kami. Sekitar pukul 20.00 WIB kami berangkat dari Yogyakarta menuju Magelang dan pukul 22.00 WIB basecamp Merbabu via Wekas menyambut hangat tubuh kami ini. Perjalanan memang tidak berjalan begitu mulus, motorku yang dua tahun lalu pernah melewati jalanan ini dari gerbang Wekas hingga basecamp membawa seorang cewek kuat tanpa harus menurunkan penumpang, kali ini benar-benar sudah tidak kuat, dengan terpaksa Lely harus berjalan kaki.

Setibanya di basecamp kami meletakkan sejenak carrier-carrier yang penuh dengan perbekalan kami. Sebelum melanjutkan perjalanan, kami memesan makan yang disediakan di basecamp. Dengan iuran Rp 7.000,- cukup untuk nasi telor sayur dan membuat kami kenyang. Tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 00.05 WIB dan berganti hari. Ya, saat itu hari berganti Minggu, 22 Juni 2014. Kemudian, kami bergegas agar kita segera bisa istirahat di camping ground atau POS II. FYI jarak basecamp sampai puncak berkisar 5 km. Jadi jelas kami harus berhenti sebelum melanjutkan ke puncak. Singkat cerita, kami sampai di POS II pukul 03.30 WIB, cukup lama memang karena tubuh yang kondisinya sudah cukup lelah dengan aktivitas hari itu dan memang kami adalah pendaki hore. Rencana ingin menyusul adik-adik kami yang sedang melaksanakan Pendidikan Lanjut (Dikjut) angkatan X pun pupus karena faktanya mereka sudah beranjak ke puncak pukul 03.00 WIB. Jelas kami tidak bisa menyusul mereka, setelah mendirikan tenda, sekitar pukul 04.00 WIB kami memutuskan untuk tidur dan melanjutkannya nanti.

Pukul 05.30 WIB kami bangun dan kami sadar kalau kami telat sholat subuh, hehe. Udara merbabu mendekap kami begitu erat hingga susah bangun. Sleeping bag pun rasanya enggan lepas dari tubuh kami. Beruntungnya POS II begitu bersahabat, sumber air yang melimpah membuat kami tidak kebingunan untuk wudhu. Dan pagi ini rasanya wudhu dengan air kulkas, beku

Setelah berwudhu kami, bergegas menyalakan kompor. Beruntung ada seksi konsumsi (baca: Lely) yang langsung menawarkan makanan dan minuman hangat untuk menghangatkan tubuh kami sebelum melanjutkan perjalanan ke Puncak. Lely juga yang bersedia jaga tenda, sedangkan saya, Haris, Candra dan Halim melanjutkan perjalanan yang masih jauh. Jadi, pukul 07.00 WIB kami melanjutkan perjalanan ke Puncak, masih sekitar 3 – 4 jam perjalanan lagi. Perjalanan kali ini membawa bekal secukupnya. Tas carrier yang besar itu harus ditinggal karena medannya kali ini cukup berat. Membawa air mineral sekitar 2 botol 1,5 liter untuk 4 orang kami rasa cukup, beserta roti secukupnya.

Diperjalanan memang saya akui saya yang paling lambat, saya menikmati setiap perjalanan dengan sesekali menghadap belakang dan menarik nafas. Pemandangan dibelakang sangat cantik, terlihat beberapa jajaran pegunungan yang memanggil meminta didaki. Dalam perjalanan, akhirnya kami bertemu dengan rombongan Iksapala. Kondisinya kami baru naik tapi mereka sudah turun. Tak apalah, yang penting bertemu.

Singkat cerita...
Ternyata dilematika itu muncul, ketika tiba dipersimpangan antara Puncak Sarif dan Kenteng Songo. Posisinya, Puncak Sarif tampak begitu dekat, paling sekitar 15 menit dan Kenteng Songo masih jauh berliku, sekitar 45 menit bahkan satu jam dengan medan yang spesial. Saya hampir memutuskan untuk menuju puncak Sarif saja dengan kondisi kaki yang bergetar.

Namun, terlintas dipikiran, “Lalu apa arti perjuangan? Kenapa harus setengah-setengah?”
Akhirnya saya memutuskan untuk ke Kenteng Songo. Perjalanan memang tidak mudah, tapi menyengkan. Walau sempat bertemu dengan mbak-mbak yang kakinya dibalut kassa karena terkilir atau patah tulang. Memang, butuh teknik climbing yang baik. Beruntung dulu kami pernah belajar.

Singkat cerita (lagi)
Kami sampai di puncak pukul 11.00 WIB, ya empat jam perjalanan, begitu lama tapi memuaskan. Sesampainya di Puncak, saya mengeluarkan kertas dan spidol untuk menulis beberapa kata ucapan terima kasih terutama untuk Mama yang sudah mengijinkan, ini kala pertama saya diberi ijin naik gunung, haha. Ohya, diatas selain foto-foto, saya tidur di Puncak Kenteng Songo. Panas begitu menyengat dengan pakaian serba hitam menambah mudah perjalanan sinar matahari menuju tubuh ini.

Singkat cerita (lagi dan lagi)
Kami turun pukul 13.00 WIB dan sampai lagi di POS II pukul 15.30 WIB, ya cukup lama. Tapi saya nikmati. Setibanya di POS II, kami disuguhi makanan lengkap nasi sayur dan lauk oleh Koki handal kami, saudari Lely. Setelah kenyang makan, kami baru shalat Ashar dan Jama’ Dhuhur. Kembali lagi di POS II kami istirahat sejenak dan melanjutkan perjalanan pulang pukul 17.00 WIB.

And finally, kita sampai Basecamp bada Isya. Karena kaki rasanya tidak bersahabat, terutama mata yang sudah sayup-sayup. Kami pun memutuskan untuk menginap di basecamp dulu hingga esok baru pulang. Hmm, sekian dulu ceritanya J

Sabtu, 28 Juni 2014

Banjir Hadiah dan Keseruan di Acara Roadshow Qwords.com

Kamis, 12 Juni 2014 pukul 18.30 WIB hingga 22.00 WIB di Riverside Kampung Kuliner Pringwulung, Yogyakarta. Qwords.com mengadakan sebuah acara yang memadukan diskusi interaktif dan berbagai games seru. Tidak ketinggalan, free dinner dan banyaknya doorprise yang menambah keseruan acara saat itu. Acara yang mengundang segenap anggota komunitas Tangan Di Atas (TDA) dan Blogger Jogja ini memilih tema tentang Kepenulisan dan Web Desain.
Diawali dengan sambutan Master of Ceremony (MC) yang mempersilahkan peserta untuk menikmati hidangan terlebih dahulu, agar dalam berjalannya acara para peserta bisa fokus mengikuti. Selain itu, MC membawa kabar bahwa Qwords.com akan membuka cabang baru di Yogyakarta sekitar bulan depan.
Setelah selesai menikmati hidangan, sesi pertama diisi oleh seorang penulis best seller yaitu mbak Mini (@miniGeka) yang akan membuat para peserta kecanduan menulis. Singkat cerita, mbak @miniGeka menjelaskan tentang perjalanan menulisnya dan berbagai tips menulis. Ia biasa menulis tulisan-tulisan fiksi yaitu cerita rekaan. Dalam menulis, ada beberapa keyword untuk menulis sebuah novel, yaitu: siapa tokoh, apa goal/tujuannya, siapa yg menghalangi mencapai tujuannya itu, bagaimana dia mengalami kegagalan, adegan dramatis, dan ending yang mengena. Selain itu, karakter dalam sebuah novel harus unik dan rasional.

Mbak @miniGeka saat membawakan materi (sumber: twitter @Blogger_Jomblo)

Mbak @miniGeka dalam perjalanannya tentu tidak selalu berjalan mulus. Banyak juga halangan dan rintangan yang Ia hadapi untuk menjadi penulis. Mengikuti alur sebuah naskah/buku mulai dari editor naskah, penerbit, distributor, toko hingga pembaca bukan lah hal yang mudah. Beliau juga pernah mengalami kendala dalam waktu penerbitan yang memang tidak singkat. Berbagai step by step ia lalui. Oleh karena itu, mbak @miniGeka memberi tips, yaitu jadilah orang yang sering membaca, jalan-jalan, mencatat, melihat, mendengarkan agar ide dalam pikiran selalu mengalir dan cerita yang kita tuliskan memiliki “ruh”. 

Mas @gukseta saat membawakan materi web desain (sumber: twitter @fathurreza26)
Kemudian sesi kedua, ada mas Seta Pausa M (@gukseta), seorang web master yang memiliki bisnis web desain (Divren Web). Secara sekilas mas @gukseta menjelaskan beberapa keunggulan Web Desain dibandingkan SEO. Diskusi menjadi panas ketika adanya pertanyaan dan berdebatan. Jadi, menurut mas @gukseta alasan SEO tidak lebih unggul dari Web Desain karena SEO isinya hanya teks semua namun desain bisa berbacam-macam mulai dari video, gambar, teks dan berbagai hal yang menarik lainnya. Kemudian, SEO yang mahal akan terkalahkan juga dengan social media yang menawarkan fasilitas gratis untuk bisa beriklan dimana pun dan kapanpun. Kemudian mas @gukseta menjelaskan berbagai tips agar website kita lebih menarik peminat atau pembeli jika website kita menawarkan jasa maupun barang dagangan. Diskusi dengan mas @gukseta kali ini benar-benar panas dan membuka wawasan kita tentang dunia website.
Setelah kedua sesi terlewati, saatnya pengumuman-pengumuman. Ada berbagai pengumuman pemenang mulai dari pemenang lomba Selfie yang berhadiah Tongkat Narsis (Tongsis), lomba live twit ke twitter @Qwordsdotcom dengan hastag #QwordsRoadshow yang berhadiah flashdisk (FYI saya alhamdulillah dapat ini, hehe) dan ada pengundian hadiah Handphone Android beserta Tab. Seru kan acara dan hadiahnya? Dan perlu kalian ketahui, acara yang sangat seru ini juga dalam rangka merayakan #QwordsAnniversary 

So, HAPPY BIRTHDAY QWORDS by Anggia Zainur :)


Rabu, 04 Juni 2014

Urgensi Headlamp dan Kompas dalam Manajemen Perjalanan

Headlamp (pinjaman) dan Kompas (milik pribadi)
Dari judul postingan ini saja sudah cukup mengerikan ya? 
Bayangan kalian pasti tentang ilmu yang berat-berat, haha.
Maaf apabila tidak seperti yang dibayangkan. Postingan ini hanya akan menggambarkan tentang pentingnya headlamp atau lampu senter bagaimana pun bentuknya dan juga kompas (bagaimana bentuknya juga) yang keduanya akan harus selalu ada dalam dekapan kalian saat berpergian melalui sebuah kisah.

Jadi, alkisah, pada jaman dahulu kala
Ada seorang gadis cantik jelita, sebut saja pemilik blog ini (jangan muntah, plis)
Ah, sudah lah, bingung ceritanya...

Jadi langsung kembali ke topik kita tentang headlamp, sesuai pengalaman saya dan teman seperjalanan. Pentingnya headlamp atau senter berbagai bentuk dan merk apapun akan sangat terasa saat gelap tiba. Karena apa? ya karena kalau masih terang tanpa ini pun kita masih bisa melihat.

Eh, maksud saya, dalam perjalanan apapun pasti tidak ingin melewati perjalanan tanpa ada kegiatan malam hari seperti camp, api unggun, istirahat di alam bebas dan semacamnya. Jadi tentu lah jangan lupa membawa benda yang satu ini.

Dan yang perlu diingat juga, jangan karena mentang-mentang di jalan ada lampu seperti di Gunung Api Purba Nglanggeran itu, tapi ada banyak jalan yang benar-benar tidak terkena cahaya lampu. Waspadalah!

Dan yang sangat perlu diingat, jangan biasakan diri kita bergantung pada orang lain. Berharap orang lain ada yang membawa senter sih ngga masalah, tapi yang jadi problem ketika orang lain itu bertepuk sebelah tangan. Gimana coba rasanya? Sedih kan. Sedih kalau ternyata dia sudah men-senter-i seseorang yang lain, dan lebih sedih lagi kalau kalian sama-sama berharap dan mengandalkan satu sama lain, alhasil tidak ada yang membawa senter.
Sebenarnya tidak apa tidak bawa senter, kalau saja di mata kalian sudah ada sistem penangkap sinyal infrared #apasih

Kembali ke alkisah, kini kisah tentang pentingnya kompas dalam suatu perjalanan.
Tidak peduli besar atau kecilnya perjalanan tersebut, tetaplah kompas perlu dibawa, kenapa?
Jangan sampai sok-sokan tahu arah, tapi ternyata sholat jadi menghadap timur (berlawanan kiblat)
Jangan sampai lupa jalan pulang, nanti nasibnya sama kayak Butiran Debu.

"....aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi,
aku tenggelam dalam lautan luka dalam.
Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang,
aku tanpamu, butiran debu."

Ya kalau tersesat kurang dari 24 jam, lha kalau udah lebih dari dua-tiga hari bahkan seminggu?
Selain kehabisan logistik, bisa-bisa kalian ditemukan Tim SAR tinggal tulang belulang.

So, don't miss your lamp and compass ya guys.
Be smart and be happy :)

Minggu, 25 Mei 2014

Mix and Mie

Mix and Mie
Tidak afdhol rasanya ketika naik gunung tanpa ditemani yang satu ini. Ya, mie instan.
Makanan paling simpel dibawa kemana pun dan dimakan kapan pun.

Aku yang selalu merindukan campuran mie dari berbagai rasa dan berbagai merk dijadikan satu sajian yang dimasak di atas kompor lapangan dengan nesting seadanya.
Ah, aku merasa lebih jago dari master cheft dunia sekalipun :)

Minggu, 18 Mei 2014

Mimpi

Pantai Watulawang
Mimpi,
Ketika malam tak lagi pagi
Ketika hati semakin sunyi
Dan ketika itu semua terhenti

Tapi tunggu nanti,
Hai Mimpi,
Coba kau buka jendela nanti
Sapa bintang dilangit yang tinggi
Akan kau rasakan sinarnya merasuk hati

Mimpi, sungguh mimpi,
Sampai kau tak merindukan pagi lagi
Tetap lah di sini,
Tetap lah dalam hati.

Yogyakarta, 16 Mei 2014
Anggia Zainur Rahmah

Hai Manis

Puncak Gunung Api Purba, Nglanggeran.

Hai Manis,
Lihat kedua bola mata itu terlampau indah mengikis
Pandanganmu itu terlampau menepis
Dan goresan senyum itu terlampau sadis

Hai Manis,
Tau kah kamu bahwa aku tak bisa berhenti menangis?
Ketika lubung rindu dalam hatimu menipis
Ketika membuktikan cinta padamu harus mengemis

Tapi sudah lah, Manis,
Aku hanya ingin kenangan kita tetap terlukis
Dalam setiap kanvas indah walau kau tepis
Tapi langkahku menujumu akan tetap dinamis

Yogyakarta, 16 Mei 2014
Anggia Zainur Rahmah