Menceritakan semua tentang cita, cinta dan petualangan hidup.

Sabtu, 06 November 2010

IT'S GREYDAY

abu abu, tema warna kotaku (Kebumen). Akibat letusan gunung Merapi yang super dasyat kemarin (3 November 2010). warna abu-abu ini mulai menghiasi kota kediamanku ini. Jarak Jogja-Kebumen itu bisa di bilang ratusan kilometer deh. Jauuuh banget, kalau naik bus sampe 4-5 jam bahkan lebih. tapi ya itu, sampe juga wedhus gembel ke kotaku ini. DIKPORA Kebumen pun menyatakan sekolah  diliburkan dari hari jum'at sampai sabtu demi menjaga kesehatan para siswa. baik banget yaa...
look at this!




penjual masker laris manis sob, yang harga awal Rp 800, Jadi Rp 1.500, Rp 2.500, bahkan Rp 3.000, WAW omset pedagang masker pun meningkat begitu drastis. Maka tak jarang pula aku melihat banyak penjual masker asongan atau kita sebut 'calo masker', aneh ya namanya tapi inilah kenyataan, mereka membeli di apotek sebanyak 20 buah, yang mereka beli dengan harga Rp 1.500, mereka jual kembali Rp 2.500, lumayan kan sekali jualan mereka langsung dapet Rp 20.000 bahkan lebih karena ada juga yang jual Rp 3.000

gila emang, mereka ini pintar berbisnis atau pintar memanfaatkan kepanikan warga ya? entah lah, yang penting sama-sama dapet hikmahnya :)

omong-omong, aku beli sampe 8 buah masker *haha penting yaa*
tiap keluar rumah mesti lupa bawa masker, di tengah jalan tau deh akibatnya. Em, curhat juga nih. motorku baru ja di cuci, terus buat jalan sebentar aja, udah kembali kewajah aslinya. haduu pusing ya

Jangan banyak ngeluh ah, saudara kita aja masih pada kuat dengan cobaan demi cobaa itu. Mari kita bantu mereka lah, setiap hari berdo'a, sebisa mungkin memberi bantuan dana atau yang lain. aku juga turut berduka cita. JANGAN MENYERAH, KAWAN!

MY LOVELY IDOL

Aktor bernama Jung Yong Hwa yang memerankan Kang Sin Hwo di drama asia berjudul "He's Beautiful"
jujur ya, aku ngefans berat. haha

Dalam dramanya sebagai Kang Sin Hwo, bikin hati selalu wah, gimana ya. masuk banget dah
di film itu, sosok yang aku sukai
1. karismatik banget
2. cool banget
3. cakep banget
4. perhatian banget
5. romantis banget
6. lembut banget
7. hangat
8. penyabar banget
9. baik banget
10. sangat pengertian
11. masih banyak banget sifatnya yang aku idam-idam kan, pokoknya PERFECTO! haha



setiap nonton film itu, aku selalu bayangin kalau aku itu Go Mi nam, haha. tapi sayang ya, kenapa Mi Nam suka sama Kak Taek Kyou, padahal aku suka sama Kang Sin Hwo, ckakak
mendalami banget aku ya. Ya Tuhan, kapan yaaa. HAHAHA

PIZZA MADE BY MYSELF

iseng mengisi hari libur, laper, bingung deh mau makan apaan.
hemm, sebenernya waktu itu pengen buat masakan Jepang, tapi berhubung bahan baku susah, mahal pula. pikir dua kali deh. and anytime, aku sempet buka-buka tuh, googling makanan gitu. Eh, nemu deh resep praktis buat pizza
gini ceritanya...

*Buat adonan

aku iseng-iseng bikin adonan pizza dengan mencampur-campur bahan seadanya di rumah. Hanya memakai sedikit bahan seperti tepung, air, garam, gula, minyak, dan rempah-rempah yang ada kemaren cuma pakai merica (lho??). terus, bahan-bahan tersebut dicampur bersama-sama, harusnya sih diremas dan ditangani secara benar. tapi berhubung aku nggak tau gimana caranya, ya begini lah. aku buat apa isengnya ^^

*Saus

dalam membuat saus, sebenarnya bisa pake saus bologness. tapi nggak ada di rumah, mahal pula. aku pakai deh itu saus *sensor* extra pedas, haha

*topping

Pilih topping yang sesuai selera dan kebutuhan. For example: beef, sosis, seafood, atau sayur-sayuran seperti paprika. Tapi, berhubung susah ya cari bahan-bahan begituan, aku beli deh sosis *sensor* yang harganya Rp 1000,-



HAHA, ga kebayang kan gimana rasanya? walau pakai bahan-bahan gila dan super duper apa adanya, di jamin irit deh. Tapi, menurtku enak-enak aja kok. Kan buatnya pake cinta, wakakak
selamat mencoba (jangan kayak resep yang aku buat yaa^^)

Sabtu, 16 Oktober 2010

Harmoni Ramadhan


Sesaat ketika gadis yang kini telah tumbuh dewasa ini mulai jauh dari rasa bersyukur akibat broken home. Ia mulai mencoba mengingat kembali masa dua belas tahun silam, saat gadis yang dulunya kecil ini mulai belajar mengenal ramadhan dan puasa. Namanya, Aya, seperti halnya anak-anak umur lima tahunan wajar saja kalau puasa rasanya masih ganjil.
“Namanya juga anak-anak”, ujar Ibu yang membelaku saat dimarahi Bapak.
Malam harinya, tibalah waktunya Aya untuk mengenal tarawih, dan Mama mengajak Aya menuju Masjid dekat rumahnya yang waktu itu masih berada di komplek perumahan GL.  Dengan menggunakan mukenah baru yang Papa belikan, menambah semangatnya untuk pergi ke Masjid sembari pamer ke teman-teman. Setelah itu pintu rumah dikunci, karena Papa tak pulang.
Setiba di Masjid, Aya menaruh sandal kecilnya di sembarang tempat. Bertumpuk dengan sandal-sandal besar yang lain. Aya pun khawatir dengan keadaan sandal kecilnya itu. Setelah adzan sholat Isya dikumandangkan, dan Aya pun mulai mengikuti setiap gerak gerik yang iman dan orang-orang itu lakukan. Sembari sesekali Ia lihat kebelakang, melihat tumpukan sandal-sandal itu. Akhirnya tarawih pun dimulai, Aya masih aktif mengikuti gerak-gerik iman dan orang sekitarnya. Walaupun sesekali menengok kebelakang karena khawatir dan cemas dengan nasib sandal kecilnya itu. Rokaat, demi rokaat terus berlanjut. Tiba-tiba, Aya melihat seorang anak kecil sebayanya memakai sandal yang mirip sekali dengan miliknya, Aya curiga! Aya merengek, Aya mengadu pada Mama yang sedang sholat. Namun tak direspon, lalu Aya pun menangis tapi tangisannya juga tak direspon. Setelah salam Mama baru merespon, betapa kesalnya dia.
“kenapa nak? Jangan menangis, malu sama yang lain”, respon Mama setelah mendengarku menangis.
“lagian mama daritadi nggak dengerin! Kenapa sih mama diem aja?”, jawabnya dengan emosi sambil menangis tersedu-sedu.
iya nak, kalau lagi sholat itu harus khusu, jangan menoleh kanan kiri, pusat pikiran mama juga lagi menghadap Alloh, apalagi ini sholat tarawih yang hanya ada pada bulan ramadhan, jadi kesempatannya sangat langka sayang”, jawab Mama sambil tersenyum.
“oh, tapi kan bisa sebentar mah, bantuin Aya ngambil kembali sandalnya Aya itu”, sambungnya dengan kata-kata polos.
“tetap tidak boleh, biarlah dia ambil sandal kamu mungkin belum rezekinya ya sayang, kamu harus berlatih sabar dan sholat yang khusu, biar Alloh tambah sayang sama Aya, okey?” ujar Mama memberi nasihat.
“emmm, okelah mah”, jawabnya menyetujui.
***
Pagi harinya kala mentari belum terbit, mata kecil itu sudah terbuka penuh semangat untuk merasakan yang namanya ‘sahur’. Saat itu di meja makan terdengar beberapa patah kata dari Aya dan Mamanya
“mah, kapan Papa pulang? Aya pengen sahur bareng Papa!”, tanya Aya serentak makan nasi seadanya.
“iya nak, besok bapak pasti pulang kalau kamu bisa puasa genap satu hari”, jawab Mama sembari memberinya semangat.
benar mah? Oke Aya bakal puasa satu hari penuh!”

Selalu dan selalu penuh puasaku demi bertemu Papa yang selalu Mama janjikan. Tapi hari demi hari belum juga datang, hingga suatu hari…….
“mah, Papa udah ngga sayang lagi ya sama Aya? Kenapa Papa ngga pernah pulang? Padahal Aya liat tiap kali kita mau berangkat tarawih, Papanya Mia juga selalu ikut buka bersama keluarganya. Aya iri, mah!”, ucapnya dengan muka muram.
“hush, Aya nggak boleh bilang gitu, Papa pasti sayang sama Aya, tapi Papa sekarang harus kerja buat beli baju lebaran. Besok Papa pasti pulang kok, tunggu kamu puasa genap satu bulan. Yang sabar ya nak!”, ucap Mama menutup-nutupi ketidak hadiran Papa.
Tiap kali Aya lapar, dia tahan demi bertemu Papa. Terkadang berharap lupa kalau hari ini aku puasa, karena kata Mama hal itu dimaafkan oleh Allah jika benar-benar lupa, sayangnya ia selalu ingat. Merengek, menangis, dan menjerit kelaparan saat hampir buka puasa, tapi tetap saja tak mau jika puasanya berhenti.
***
Sampai tiba malam hari raya, dan ternyata puasanya benar genap satu bulan. Aya menepati perjanjian dengan Mamanya, kini waktunya menanti harapan yang selalu Ia impikan yaitu hari raya bersama keluarga, Papa dan Mama.
Dia tunggu terus menunggu, dan waktu sudah menunjukan pukul 21.00 WIB. Suara gemuruh takbir hari kemenangan sudah dikumandangkan. Namun Papa belum kunjung datang, dan gadis kecil itu mulai cemas. Sudah hampir jatuh air matanya,
Tiba-tiba…
Tok, tok, tok…
“assalamu’laikum”, terdengar suara laki-laki dari luar rumah.
“pasti itu Papa! Aya yang bukain pintu ya, Mah!” teriakan Aya dengan semangat sembari menghapus air mata yang terlanjur mengalir dipipi karena telah lama menanti Papa pulang.
Ketika tangan kecilnya mencoba membuka pintu sembari berdo’a berharap bahwa yang ada dibalik pintu itu benar Papa. Setelah ku bukakan pintu itu….
 Alhamdulillah, Papa benar pulang, dan Mama tak berbohong. Aya senang puasanya tak berakhir sia-sia. Papa dan Mama pun bangga padanya.  Hingga akhirnya hari raya benar-benar bersama keluarga yang sangat jarang Ia temui.
“Alhamdulillh ya Allah, engkau memang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, engkau memberikan Aya  hadiah terbaik di hari yang fitri ini. subhanallah”, ucapku dalam hati sambil memeluk Papa dan Mama.
Mengingat hal itu, Ia amat bersyukur dan selalu menanti ramadhan tiba. Walau keharmonisan sudah tak pernah kunjung dikehidupannya, namun ramadhan mengubahnya. Hari terindah dan paling spesial yang Ia miliki, hari berkumpul keluarga yang sangat sangat teramat jarang Ia temui, adalah ramadhan. Terimakasih ya Allah :)


By. Anggia Zainur Rahmah

J Rock - Ceria

Hari ini ku dendangkan
Lagu yang ingin ku nyanyikan
Terkenang semua kenangan
Yang t’lah ku alami

Ingin ku buka lembar baru
Untuk meneruskan hidupku
Tak mau lagi kesedihan
S’limuti diriku

Semua orang ingin bahagia
Menjalani hidup di dunia ini
Ingin ku bukakan jawaban
Misteri kesenangan sejati

Hari ini ku dendangkan
Lagu yang ingin ku nyanyikan
Terkenang semua kenangan
Yang t’lah ku alami

Menari dan terus bernyanyi
Mengikuti irama sang mentari
Tertawa dan s’lalu ceria
Berikanku arti hidup ini

Menari dan terus bernyanyi
Mengikuti irama sang mentari
Tertawa dan s’lalu ceria
Berikanku arti hidup ini
Menari dan terus bernyanyi
Mengikuti irama sang mentari
Tertawa dan s’lalu ceria
Berikanku arti hidup ini


Minggu, 08 Agustus 2010

Bulan Ramadhan, bulan penuh rahmat

Alhamdulillah ortu ngasih nama aku dengan unsur “Rahmah” yang berarti kasih sayang. Mereka pasti berharap kalau aku akan menjadi anak yang penuh kasih sayang, anak yang baik dan menyayangi sesama (amiiiinn ^^). Kemudian “Zainur” yang dalam bahasa Arab “Zain” artinya bunga, dan “Nur” berarti cahaya jadi Zainur yaitu bunga cahaya dalam tafsiran saya mereka berharap kalau saya bisa menjadi seorang anak yang memberikan keindahan dan mencerahkan kehidupan bangsa dan ikut serta membangun masyarakat (dalam UUD ada nih, hehe^^).

Kemudian nama depan/nama pangglan saya sendiri pada awalnya bukan Anggia, aneh emang, waktu mama dan lilik cerita tentang rencana nama saya ini, saya benar2 terkejut terbahak dan tertawa hahaha :P kalian tau? Sebenarnya dari artinya bagus sih, “Siti” yaitu tanah. Tapi terlalu banyak nama Siti, lilikku juga ada yang namanya Siti, tetanggaku banyak yang namanya Siti, haduh mamaku pun kasian kalo aku dinamai Siti, hohoho. Bersyukur karena aku diberi nama Anggia, yang ntah artinya apa, tapi bagiku artinya pedoman dan keberuntungan (amiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnn^^).

Kesimpulannya orang tua dan orang sekelilingku berharap dikelak nanti (mulai sekarang), aku bisa menjadi anak yang sholihah, anak yang berbakti pada ortu, anak yang penyayang, bisa menjadi pedoman bagi adik2ku, bisa menegur adikku, menasihati adikku, dan bisa menjadi tulang punggung keluarga karena aku anak pertama^^
“Ya Alloh ya Tuhanku, ampunilah dosa-dosaku dan dosa kedua orang tuaku, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sejak kecil” begitulah lantunan do’a seorang anak yang memohon kepada Tuhannya agar diampuni dosa-dosanya dan dosa kedua orang tuanya dan berharap Alloh akan menyayangi orangtuanya sebagai mana orangtuanya menyayangi dia sejak kecil….

Dan aku, seorang anak yang hanya bisa berdoa, pasrah kepada Alloh, dan berharap semua doaku terkabul, amin ya Robbal’alaim

back to Ramadhan

Assalamu’alaikum :)



Hola teman2 blogger tercinta!

Lama tak jumpa, lama tak update, dan lama tak isi isi ini blog, tak pernah curhat lagi, huhuhuuu:(
Maklum lah yaa, nggak punya modem di rumah, nggak ada duit buat ke warnet, sibuk sama les juga sayaaaanggs T_T



Tengs yang udah mau komen, yang udah mau mampir2 sejenak minum kopi (hihihi^^)
Blog ini untuk umum kok, komen apa aja boleh asal tidak berbau negatif^^
Mau copy paste juga boleh, tapi jangan disalah gunakan yaa
Oh iyaa, bentar lagi romadhan, berbanyak ibadah dan mendekatkan diri pada Alloh ya teman2, tapi juga jangan Cuma waktu bulan Romadhan doank yaa. Semua bulan adalah bulan yang suci penuh rahmat yang di berikan oleh Alloh SWT buat kita SEMUA yang BERSAUDARA :D :D :D

Cukup itu aja deh pesan aku, ini aku juga Cuma mampir bentar pas ngenet, hihihiii


Wassalamu’alaikum wr wb :)

Minggu, 09 Mei 2010

PANORAMA PRANJI

a secreet of Pranji


sunrice in Pranji

Pranji in Love

  a magic of Pranji

sebuah pegunungan yang tak begitu tinggi, namun pemandangan tak kalah dengan pegunungan yang lain. terletak di desa Pengaringan, Pejagoan, Kebumen, Jawa Tengah. 
pagi itu, tepatnya pukul 05.00 WIB bersama teman-teman dengan di temani camdigku ini. ku ambil beberapa foto keindahan alam ini supaya di syukuri dan dijadikan sebuah kenangan. 
sesungguhnya masih banyak keindahan alam di Kebumen tercinta ini, salah satunya yang tak terlupakan, Pranji.

Kamis, 06 Mei 2010

Biar Saja

Biarkan saja
mentari memanas

biarkan saja
angin bertiup kencang

biarkan saja
kobaran api terus membara

biarkan saja
debu dan kotoran terus beterbangan


namun,

tolong biarkan
cahaya bulan tetap menghiasi malam sepiku

tolong biarkan
hujan bahasi hari-hariku

tolong biarkan
indahnya alam terus bayangi hidupku

dan ,

jangan biarkan
senyum indahmu menghilang dari kelamnya harianku


(by GIE ZR, 7 Mei 2010)

Selasa, 04 Mei 2010

hari hari ku

bahagia, dan indah,
mungkin yang kalian lihat setiap waktu..

sedih,
mungkin hal yang wajar ada dikehidupan.

hampa,
masih sering ku rasakan.

dingin dan sendiri,
ketika kalian ta ada disampingku.

kemarin, dilema muncul, namun Aku beruntung punya temen yang menghilangkan smua dilema itu.
sedih tak terasa, dan akhirnya hilang.

:)

hari ini,

Aku ga tau
ini hidupku, Aku terima susah senangnya :)

makasih buat tmen2 dan smua orang yg udah buat Aku tersenyum.

asal kalian tau,
tanpa kalian Aku bukan apa2. dan mungkin tak akan merasakan apa2.

thx alot! :)

Rabu, 24 Maret 2010

fun holiday with new friend

aku dari kiri, tengah Laras dan kanan Rusda
terjebak hujan di Pancasila, Solotigo.

seru-seruan di Kopeng

friendship never die..
dengan gaya sok model kita2. haha

apapun itu pokoknya seru-seruan :D

patung dino di dekat lapangan olahraga Kopeng
:D :D :D

benar-benar gaya sok model dah
:D :D :D

dua teman baru ! :D
kanan Rais, dan kiri Rusda ! :D

macam-macam kaki bersandal
tetep fashionable ! :D

liburan kali ini 22 maret 2010 asikk beraaattt !!
with my best friends and my new friends buat liburanku terasa makin hidup dah! benar-benar tak terlupakan ! :D :D :D

lavd U, all my best friend. 
I hope U all never forget me..

never ! never ! and never ! :)

Rabu, 10 Maret 2010

Diksar Iksapala (Pendidikan Dasar Ikatan Siswa Pencinta Alam)

diklatsar waktu itu....
Games yang seru ! aku yg baju kuning itu..
ekspresi paling aneh ! sumpah deh!

explore 15 februari 2009

 
watu bangkong with all my friend :)
 

Selasa, 09 Maret 2010

observasi geografi

duduk di samping tumpukan sampah
BAUUU :(

 TPA Sampah Kebumen

Jumat, 29 Januari 2010

hanya pikiran anak-anak

tragis !
denger berita lewat tv. aku cuman bisa geleng kepala ma ngelus dada.. heran gue

lu kira jadi presiden ntu gampang apa? huh!! bisanya demo ! demo ! dan demo !

bakar tu semua foto pak SBY !
apa gunanya sih mbakar2 kayak gitu?? lu kira kertas tu gag mbayar apa?? mbakar kertas sama aja dengan mbakar hutan! shit*
mbakar hutan sama aja bikin kiamat di bumi ini..

apa2an?? penting apa demo? didengerin juga nggak ! panas2 kayak gito! capek ! mending lakuin hal yang lebih penting.. mikir !!

bukannya gue mihak sama suatu pihak.. tapi gue cuman heran sama warga Indonesia ini. bisanya DEMO ! dan MENJELEK-JELEKAN pihak yang tidak disukainya .. ngaca dong ! apa prilaku kalian udah bener? baru boleh komentar! tapi yang sehat! bukan pake demo!!

punya malu gag seh??
di liput sama negara lain ! di sana kita di ejek.. dicaci maki.. apa2an?? bangga kayak gitu?!

kalo gue jadi pak SBY, gue bakal bilang
"silahkan kalian menggantikan posisi saya!"

biar lu rasain gimana susahnya jadi presiden.. biar lu pada msuk RSJ dan dirawat intensif si situ.. biar gag demo lagi.. *damn!

boro2 jadi presiden..
jadi kepala keluarga aja susah!
apa lagi presiden yang ngurusin sekian juta kepala keluarga ! kebayang gak?? mikir !

nb: ini hanya pikiran anak2, apabila ada yang terkait jangan di masukan ke hati. aku cuman pengen negara ini aman dan damai. tanpa ada pertumpahan darah.. tanpa ada kobaran api yang membakar bumi ini..
apalagi sampe buat onarr dan nyampe2 demo gara2 gue.. silahkan!

Minggu, 24 Januari 2010

masih tentang SHG


Apa hubungan antara Soe Hok Gie dan Puncak Mahameru?

Dan apa yang berkaitan antara keduanya?

 
Soe Hok Gie dan Mahameru adalah dua legenda Indonesia, sedangkan hubungan antara keduanya?
Soe Hok Gie wafat di Mahameru saat melakukan pendakian pada 18 Desember 1969 karena menghirup asap beracun gunung tersebut


Soe Hok Gie dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942. Dia adalah sosok aktifis yang sangat aktif pada masanya. Sebuah karya catatan hariannya yang berjudul Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demonstran setebal 494 halaman oleh LP3ES diterbitkan pada tahun 1983. Soe Hok Gie tercatat sebagai mahasiswa Universitas Indonesia dan juga merupakan salah satu pendiri Mapala UI yang salah satu kegiatan terpenting dalam organisasi pecinta alam tersebut adalah mendaki gunung. Gie juga tercatat menjadi pemimpin Mapala UI untuk misi pendakian Gunung Slamet, 3.442m.

Kemudian pada 16 Desember 1969, Gie bersama Mapala UI berencana melakukan misi pendakian ke Gunung Mahameru (Semeru) yang mempunyai ketinggian 3.676m. Banyak sekali rekan-rekannya yang menanyakan kenapa ingin melakukan misi tersebut. Gie pun menjelaskan kepada rekan-rekannya tesebut :



“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”

Sebelum berangkat, Gie sepertinya mempunyai firasat tentang dirinya dan karena itu dia menuliskan catatannya :
“Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya. Setelah saya mendengar kematian Kian Fong dari Arief hari Minggu yang lalu. Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin mengobrol-ngobrol pamit sebelum ke semeru. Dengan Maria, Rina dan juga ingin membuat acara yang intim dengan Sunarti. Saya kira ini adalah pengaruh atas kematian Kian Fong yang begitu aneh dan begitu cepat.”
Dari beberapa catatan kecil serta dokumentasi yang ada, termasuk buku harian Gie yang sudah diterbitkan, Catatan Seorang Demonstran (CSD) (LP3ES, 1983), berikut beberapa kisah yang mewarnai tragedi tersebut yang saya kutip dari Intisari :
Suasana sore hari bergerimis hujan dan kabut tebal, tanggal 16 Desember 1969 di G. Semeru. Seusai berdoa dan menyaksikan letupan Kawah Jonggringseloko di Puncak Mahameru (puncaknya G. Semeru) serta semburan uap hitam yang mengembus membentuk tiang awan, beberapa anggota tim terseok-seok gontai menuruni dataran terbuka penuh pasir bebatuan, mereka menutup hidung, mencegah bau belerang yang makin menusuk hidung dan paru-paru. Di depan kelihatan Gie sedang termenung dengan gaya khasnya, duduk dengan lutut kaki terlipat ke dada dan tangan menopang dagu, di tubir kecil sungai kering. Tides dan Wiwiek turun duluan.
Dengan tertawa kecil, Gie menitipkan batu dan daun cemara. Katanya, “Simpan dan berikan kepada kepada ‘kawan-kawan’ batu berasal dari tanah tertinggi di Jawa. Juga hadiahkan daun cemara dari puncak gunung tertinggi di Jawa ini pada cewek-cewek FSUI.” Begitu kira-kira kata-kata terakhirnya, sebelum turun ke perkemahan darurat dekat batas hutan pinus atau situs recopodo (arca purbakala kecil sekitar 400-an meter di bawah Puncak Mahameru).


Di perkemahan darurat yang cuma beratapkan dua lembar ponco (jas hujan tentara), bersama Tides, Wiwiek dan Maman, mereka menunggu datangnya Herman, Freddy, Gie, dan Idhan. Hari makin sore, hujan mulai tipis dan lamat-lamat kelihatan beberapa puncak gunung lainnya. Namun secara berkala, letupan di Jonggringseloko tetap terdengar jelas.
 

Menjelang senja, tiba-tiba batu kecil berguguran. Freddy muncul sambil memerosotkan tubuhnya yang jangkung. “Gie dan Idhan kecelakaan!” katanya. Tak jelas apakah waktu itu Freddy bilang soal terkena uap racun, atau patah tulang. Mulai panik, mereka berjalan tertatih-tatih ke arah puncak sambil meneriakkan nama Herman, Gie, dan Idhan berkali-kali.
 

Beberapa saat kemudian, Herman datang sambil mengempaskan diri ke tenda darurat. Dia melapor kepada Tides, kalau Gie dan Idhan sudah meninggal! Kami semua bingung, tak tahu harus berbuat apa, kecuali berharap semoga laporan Herman itu ngaco. Tides sebagai anggota tertua, segera mengatur rencana penyelamatan.
Menjelang maghrib, Tides bersama Wiwiek segera turun gunung, menuju perkemahan pusat di tepian (danau) Ranu Pane, setelah membekali diri dengan dua bungkus mi kering, dua kerat coklat, sepotong kue kacang hijau, dan satu wadah air minum. Tides meminta beberapa rekannya untuk menjaga kesehatan Maman yang masih shock, karena tergelincir dan jatuh berguling ke jurang kecil.

 
“Cek lagi keadaan Gie dan Idhan yang sebenarnya,” begitu ucap Tides sambil pamit di sore hari yang mulai gelap. Selanjutnya, mereka berempat tidur sekenanya, sambil menahan rembesan udara berhawa dingin, serta tamparan angin yang nyaris membekukan sendi tulang. 

 
Baru keesokan paginya, 17 Desember 1969, mereka yakin kalau Gie dan Idhan sungguh sudah tiada, di tanah tertinggi di Pulau Jawa. Mereka jumpai jasad keduanya sudah kaku. Semalam suntuk mereka lelap berkasur pasir dan batu kecil G. Semeru. Badannya yang dingin, sudah semalaman rebah berselimut kabut malam dan halimun pagi. Mata Gie dan Idhan terkatup kencang serapat katupan bibir birunya. Mereka semua diam dan sedih.

Soe Hok Gie telah menjadi salah satu Dewa yang memuncaki Mahameru, Puncak Abadi Para Dewa

Sabtu, 23 Januari 2010

sedikit mengenal SHG


Soe Hok-gie: Kisah Lelaki dari Kebon Jeruk
Jakarta, KCM
 
Timur Angin/dok Miles production
 
Saatnya  bangsa  ini untuk diingatkan, bahwa negeri ini pernah memiliki Soe
Hok-gie.  Aktivis  muda  yang memilih diasingkan, ketimbang menjadi manusia
munafik.
 
Ia  memang  pantas  diidolakan  karena   kegigihannya  dalam  bersikap  dan
menuntun  dirinya  untuk  jujur  pada  nilai-nilai yang diyakininya. Inilah
saatnya,  generasi  muda dikenalkan pada sosoknya agar mau belajar padanya.
Bukan  kepada  mereka  yang  melacurkan dirinya pada kekuasaan, jabatan dan
kemewahan.
 
Di  tangan  sutradara Riri Riza dan produser Mira Lesmana, usaha itu dicoba
dirintis.   Lewat  film  berbeaya  Rp.  7 miliar itu, kedua sinaes muda ini
menghadirkan  kepada  masyarakat Tanah Air, sebuah interpretasinya terhadap
sosok  Gie.  Kalaupun  banyak  hal  tak  sesuai dengan apa yang dibayangkan
orang-orang,  terutama  yang  pernah  dekat  dengannya,  toh kata Mira, itu
karena film ini merupakan sebuah interpretasi Riri terhadap Gie. Bukan film
dokumenter ataupun film biografi!
 
Cukup   repot  menggali  informasi  seputar  kehidupan  Gie.  Apalagi  yang
menyangkut  kehidupan  pribadinya.  Riri  bahkan harus pergi ke luar negeri
untuk  menemui  perempuan yang pernah dekat dengan Gie. Meski kisahnya bisa
didapat,  tak  sedikit  nara sumber yang keberatan untuk disebutkan namanya
dalam film Riri tersebut.
 
Banyak  tokoh fiktif yang dihadirkan. Kata Mira, itu menjadi referensi dari
sejumlah  tokoh  yang  pernah  dekat  dengan  Gie, termasuk tokoh Ira (Sita
Nursanti,  mantan tri vokal RSD) dan Sinta (Wulan Guritno), juga Jaka (Doni
Alamsyah).
 
Kalau  pun  ada  tokoh  nyata  dalam film ini, mereka tak lain adalah kedua
orang  tua  Gie, Soe Li Pet (Robby Tumewu) dan ibunya Nio (Tuti Kirana) dan
abangnya  Soe  Hok-djin  yang mengganti namanya menjadi Arief Budiman (Gino
Korompis).   Sementara,  sahabat-sahabatnya  yang  muncul  hanyalah  Herman
Lantang (Lukman Sardi) dan Aristides Katoppo (Surya Saputra).
 
Informasi  yang  didapat tentang Soe Hok-gie cukuplah menambah bahan. Meski
pada  akhirnya,  Riri  juga  melakukan  pijakan  skenarionya pada desertasi
doktoral  pria  kebangsaan Australia, John Maxwell, Soe Hok-gie, Pergulatan
Intelektual Muda Melawan Tirani.
 
Timur Angin/dok Miles production
 
Dari  sini lah, ia kemudian menyuguhkan film berdurasi 2 jam, 27 menit itu.
Pidato  Presiden  RI  Pertama Soekarno, mengawali rangkaian film Gie. Suara
yang  menggelegar  seakan  menandai periode waktu film itu berlangsung. Ya,
inilah  masa  ketika  bangsa  ini  memasuki  babak  kehidupan  politik yang
bergelora.
 
Soe  Hok-Gie remaja, yang diperankan Jonathan Mulia, menjadi saksi akan hal
itu. Tokoh-tokoh besar dunia, semacam Gandhi, Kennedy dan Soekarno, menjadi
sosok  yang  diidolakannya.  Meski  kenyataan ia akhirnya memilih menentang
Soekarno.
 
Namun  dari  Soekarno lah, ia belajar melawan tirani dan ketidakadilan. Gie
remaja  memperlihatkan  gelagat  itu. Ia menjadi "pembangkang" ketika masih
duduk  di  SMP.  Sang  guru  tak segan-segan dikritiknya. Lantaran sikapnya
itulah, nilai ulangan ilmu buminya dikurangi sang guru. Ia dipanggil kepala
sekolah agar meminta maaf pada sang guru. Tapi Gie menolaknya.
 
Dalam  Catatan Harian Soe Hok-gie, ia menuliskan kekesalannya itu. "4 Maret
1957. Hari ini adalah hari ketika dendam mulai membatu. Ulangan ilmu bumiku
8 tapi dikurangi 3 jadi tinggal 5..."
 
Tak  terima dengan perlakuan itu, bersama karibnya Han (Christian Audy), ia
malah  berniat menghajar sang guru. Selepas mengajar, mereka membuntutinya,
hingga  akhirnya  luluh  juga hati Gie, ketika Pak Guru bercengkrama dengan
sang anak dan menggendongnya ke sebuah gubuk.
 
Inilah  sifat  luhur  seorang  Gie,  ia  cepat tersentuh rasa kemanusiannya
ketika melihat sebuah ketidakberdayaan.  Gie bahkan rela bersitegang dengan
orangtuanya  demi  menyelamatkan  Han dari tantenya, yang suka memukulinya.
Oleh  Gie,  Han  dianjurkan  untuk  menginap  di  rumahnya.  Tapi,  ibu Gie
melarangnya.
 
Sejurus  kemudian,  Tante Han bersama dua orang hansip datang menjemputnya.
Di  hadapan  Gie,  Han  diseret  dan dipukuli. Ia pun berontak dan berusaha
menyelamatkan Han. Tapi gagal.
 
Cerita   lain  terjadi  pada  sebuah  siang.  Ketika  Gie  memasuki  bangku
kuliah--Gie,  kali ini diperankan Nicholas Saputra. Ia melihat seorang pria
tampak  begitu  kelaparan.  Ia  bukan  pengemis, tapi karena tak punya uang
untuk  bisa  dibelanjakan,  si  pria  memungut  mangga  dari  sampah  untuk
dimakannya. Gie dibuat kaget. Ia hampiri dan memberinya uang.
 
"...Inilah  salah  satu gejala yang mulai tampak di ibu kota. Dan keberikan
Rp2,50  dari  uangku... Ya, dua kilometer dari pemakan kulit, "paduka" kita
mungkin  lagi  ketawa-tawa,  makan-makan dengan istri-istrinya yang cantik.
Dan  kalau melihat gejala pemakan kulit itu, alangkah bangga hatiku. "Kita,
generasi  kita,  ditugaskan  untuk  memberantas generasi tua yang mengacau.
Generasi kita yang menjadi hakim atas mereka yang dituduh koruptor-koruptor
tua,  seperti Iskak, Djodi, Dahjar dan Ibnu Sutowo. Kita lah yang dijadikan
generasi  yang akan memakmurkan Indonesia." catatan Soe Hok-gie inilah yang
salah satunya dijadikan pengantar cerita lewat suara Nicholas Saputra.
 
Menyajikan  film  Soe Hok-gie  tentu saja merupakan sebuah kerja besar yang
tak  bisa  dianggap enteng. Usaha para sineas ini patutlah diacungi jempol.
Setidaknya,   karya   mereka  bukanlah  film  ecek-ecek  yang  kini  banyak
bermunculan di layar sinema kita.
 
Iri  Supit,  sang  penata  artistik,  mampu menghadirkan suasana Jakarta di
tahun 60-an. Ini jelas bukan pekerjaan gampang. Sejumlah pernak-pernik yang
dihadirkan  sudah  tentu  harus  mewakili  zamannya.  Lihatlah  sepeda  dan
mobil-mobil  zaman baheula berseliweran di layar Gie dan mampu menghidupkan
suasana kala itu.
 
Mengenai  Jakarta  yang  kini  sudah  banyak berubah, para pekerja film ini
akhirnya  sepakat  menjadikan kota Semarang sebagai lokasi syuting. Di sana
lah setidaknya, suasana tempo doeloe masih terasa begitu tampak.
Beruntung,  suasa  Jalan Kebon Jeruk IX, Jakarta Barat, tempat Gie bermukim
bersama  orangtuanya  dulu,  berhasil  ditemukan di sana, tepatnya di Jalan
Layur.  Mirip  suasana Kebon Jeruk tahun 50-an, Jalan Layur dipenuhi tukang
becak, pedagang dan sebuah masjid.
 
Timur Angin/dok Miles production
 
Menyaksikan   Soe  Hok-gie,  berarti  menyaksikan  sebuah  keteguhan  dalam
melakoni  prinsip-prinsip  yang  diyakininya  benar.  Ia  sempat menjadikan
Soekarno  sebagai  idolanya,  namun  ia  jugalah  yang  turut menggulingkan
keperkasaan Soekarno sebagai penguasa Orde Lama.
 
Gie,   adalah   seorang   yang  selalu  dipenuhi  kegelisahan.  Suara-suara
kegelisahan  itu  lah  yang  dicurahkannya lewat tulisan-tulisan yang cukup
tajam.  Semua  dibabat habis, baik militer, rekan-rekan aktivis kampus yang
telah lupa pada perjuangan awalnya, hingga kampusnya sendiri. "Inilah akhir
bagi  Gie,  ketika  ia  mengkritik kampusnya sendiri. Dia seperti tak punya
rumah lagi," kata Riri.
 
Kehidupan  pribadi  Gie,  menjadi bagian yang menarik. Sosok Ira dan Sinta,
setidaknya  mewakili   perempuan-perempuan  yang  dekat  dengan Gie, semasa
hidupnya.  Meski  Sinta  telah membuatnya bergelora, namun sepertinya cinta
matinya hanya untuk Ira, sahabat dekatnya.
 
Adegan  yang  menghadirkan  pelacur  bernama  Sinta  (Happy Salma), menjadi
bagian  yang  menggelikan.  Namun,  ini  menjadi penting dalam menghadirkan
karakter  Gie.  Ia  digerayangi,  tapi  Gie  justru  tak tergiur dan pergi.
Alih-alih,  ia   justru  sempat  ngambek pada rekannya Denny (Indra Birowo)
yang telah menjebaknya.
 
Takdir  telah  ditentukan  padanya.  Gie  mati  muda di pangkuan sahabatnya
Herman  Lantang, ketika ia mendaki Gunung Semeru, gunung tertinggi di Jawa.
Sebuah  akhir  yang  tragis. Namun, Riri sengaja tak memunculkan adegan itu
sebagai  penghujung  cerita.  Ia  justru menghadirkan senyum dan kebahagian
Riri bersama sahabatnya Han, saat bermain di pantai.
 
Ya,  sebuah  tempat  yang  dicita-citakan Han semasa hidupnya. Dan, hal itu
justru  terkabul  ketika  ia  mengakhiri hidupnya. Ia dieksekusi tentara di
sebuah pantai di Bali, karena menjadi anggota aktivis Partai PKI.
 
Menghadirkan  Gie  kembali  dalam  benak masyarakat saat ini, memang terasa
perlu.   Terlebih,   ketika   negeri   ini  telah  kehilangan  panutan  dan
cecurut-cecurut  asyik  menggerayangi aset-aset negara. Sosok-sosok Gie lah
yang  bisa  menjadi  jawabanya.  "Kita,  generasi  kita,  ditugaskan  untuk
memberantas generasi tua yang mengacau..."