Memories of Dieng
Posted by anggiazainur on 15.36 with 2 comments
Gambar: blog.travelpod.com
Kurang lebih 2 tahun silam
lamanya, saya dan beberapa teman (Ayu, Anche, Iqbal, Yoyo, dan Teguh) mengikuti
Jambore Nasional Pencinta Alam yang dilaksanakan di Dieng. Masalah tanggal saya
sedikit lupa karena kebetulan netbook tempat
menyimpan segala macam memori seperti
dokumentasi foto, dll sudah lenyap. Cukup lama acara tersebut berakhir, akan tetapi
kenangannya masih terukir dalam di sini, iya, dalam hati ini.
Waktu itu, udara Dieng bisa
disebut kurang bersahabat. Disaat kami harus bermalam di hutan yang sudah
disediakan, saat itu kami mendapat kapling sedikit di bawah. Well, jika terjadi hujan kami akan
terkena air mengalir dari atas. Malam harinya Dieng mulai menunjukan
“ketidakbersahabatannya”. Bukan, bukan tidak bersahabat. Namun, Dieng
mengingatkan kami agar selalu siap disegala kondisi. Kemudian hujan turun
lebat, tenda (dome) yang kami dirikan
ternyata bocor. Akhirnya kami harus tidur disambi sedikit “berenang”. Alhasil saya
tidur menggigil luar biasa dikarenakan sleeping
bag yang saya gunakan tak cukup melawan dinginnya suhu Dieng. Luar biasa,
malam yang luar biasa.
Pagi harinya ternyata
berkebalikan dengan malam. Udara bersih Dieng sangat memanjakan sistem
pernafasan dalam tubuh, ditambah berhemat waktu karena tidak harus mandi :)
Udara Dieng sangat bersahabat,
saya senang ketika menghembuskan nafas dan muncul gas-gas itu walaupun hari
sudah menjelang siang.
Singkat cerita, anggap saya sudah
bercerita selama 2 hari, nah di sini puncak acaranya. Sedih, senang, bahagia,
dan kecewa ada di sini. Hari ini hari ke 3 kami berkemah, dihari ini kami
mengikuti Lomba Lintas Alam Dieng. Tiba dipuncak acara, kami salah mengambil start, kami mendapat giliran pertama
untuk berlari melintasi alam Dieng. Hujan lebat mengikuti langkah kami, kami
yang hanya berbalut kaos oblong peserta Jambore ini tentu tidak mampu
membentengi hawa dingin dataran tinggi Dieng. Bukit demi bukit, gunung demi
gunung kami mencoba berlari demi mendapat juara lintas alam yang kurang lebih
berjarak 7km. Namun,
“Deg...”
Langlahku melemah, kaki ini
terperosok salah satu lubang di bukit itu. Seseorang menolong dan dengan
keadaan yang sudah lemah ini mencoba bangun, hingga akhirnya...
“Ay,
Che, aku nyerah, ngga kuat lagi,” ujarku dengan nafas yang sudah sangat sesak.
“Kenapa
nyerah? Ayolah nggi, katanya kita mau juara.” Balas Ayu
“Maaf
Ay, aku bener-bener ngga kuat.” Egoismeku keluar, tanpa saya sadari kalau saat
itu saya telah mengecewakan teman-teman saya.
“Ayolah
Nggi, bergerak pelan-pelan, ngga menang nggapapa, yang penting sampai.” Jawab
Ayu dengan nada bicara sedikit menurun.
“Iyaa”
Kami pun melanjutkan hingga ke
pos terakhir, walau sempat tersesat beberapa menit. Kami tau kami akan kalah,
namun tetap meneruskan perjalanan berharap ada keberuntungan.
***
Dari peristiwa tersebut, saya
benar-benar menyesal. Kenapa saya menjadi pribadi yang lemah saat itu. Saya
berterimakasih banyak kepada sahabat saya, Ayu Retno Ningsih dan Anggun Ratna
Asih yang terus meng-support saya,
walau kamu tau kalau aku menyecewakan. Maafkan Anggi teman, Anggi amat
menyesal. Kemudian setelah kejadian ini, saya merasakan pelajaran yang amat
berharga dari arti persahabatan, arti tanggung jawab, dan arti perjuangan.
Terimakasih, Sobat.
Categories: my diary, petualangan
berarti udah siap kalo besok ke merbabu bersama Kopmapala.. :D
BalasHapushaha..
Hapus