Sampai Jumpa, Mentari

Posted by anggiazainur on 01.22 with No comments

Ketika aku membuka mata pagi ini, hujan terus menerus datang menghalangi Mentari. Awan hitam tak kunjung hilang, Ia tak berhenti menemani hari-hari ku yang menjadi kelam. Angin badai serta gemuruh yang makin membuatku takut, sangat takut. Ku coba memberanikan diri keluar tempatku singgah ini. Perlahan ku buka pintu rumah, aku ingin mencari sang Mentari, aku rindu hangatnya, aku rindu senyumnya. Namun, ketika aku buka pintu ini, tanpa sopan santun angin itu mendesak masuk dan menghancurkan isi rumah. Sedih, sangat sedih. Kenyataan ini pahit aku rasakan.
Perjalananku tak hanya sekedar ketika aku membuka pintu, ini baru awal. Walau pahit ku rasakan, sakit ku alami, tapi tetap aku coba berdiri dan menerjang angin kehidupan ini untuk mencari Mentari. Satu yang aku harapkan, semoga pencarianku tidak sia-sia.
Langkah awal baru ku mulai, ternyata satu langkah setelah pintu ini banyak terdapat batuan terjal. Mungkin tanpa alas kaki akan membuat langkah ku tergores batuan terjal ini, maka aku ambil alas kaki untuk memperkuat langkahku ini. Jalanku masih lurus, hingga tiba belokan yang membingungkan. Aku ini sebenarnya akan belok kanan atau kiri, entah lah, mungkin tanpa peta aku tak bisa jalani perjalananku ini. Untung aku ingat untuk selalu bersamanya, dan peta pun menemani perjalananku, karena kami bersama ingin melihat Mentari lagi.
Tikungan demi tikungan aku lalui, kini hampir saja aku terjatuh sedalam dalamnya karena jurang yang begitu terjal, aku butuh tali pikirku. Karena aku sudah hampir terjatuh, ku gunakan tali untuk membantu ku bangkit kembali dan mencapai puncak bertemu Mentari.  Sesampainya di puncak ternyata harapanku kosong, Mentari pun sudah lelah menunggu karena terlalu lama aku melangkah. Sedih tak berujung, aku hanya bisa meratapi ketidak berdayaanku. Satu malam penuh aku meratap di puncak itu tanpa Mentari, dan bulan maupun bintang pun enggan menemani. Malu aku, pikirku begitu.
Namun, tiba sepertiga malam, aku sadar bahwa hidup itu bukan hanya mencari apa yang aku inginkan. Segala yang telah aku korbankan pasti akan ada hasil, pasti. Ternyata alas kaki, peta, dan tali itu hal terindah yang aku dapatkan dan harus aku syukuri mempunyai mereka. Aku bisa tetap kuat dan bertahan hingga saat ini juga. Dan akhirnya, pasti lebih indah.
Benar, pagi itu mentari menyapa sangat hangat. Lebih dari yang ku harapkan, bersama sang pelangi yang mendampingi. Oh Tuhan, betapa indahnya hariku saat itu. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi, aku terpaku memandang takjub ciptaan-Mu itu. Thanks God!
Categories: ,